Sabtu, 27 September 2008

Memalsu Tanda Tangan

Saat makan malam, Yason, saat itu kelas 3 SD, bercerita bahwa tadi di sekolah, dia dihukum guru dengan harus keluar kelas karena memalsu tanda tangan saya pada PR nya. Saya bertanya, ketika ibu guru mengatakan bahwa tanda tangan itu palsu, “apakah kamu langsung mengaku?”. “Ya,” begitu jawabnya dengan polos.

Setelah mendengar duduk perkara dan pengakuan tersebut, kami tidak marah kepada Yason, malah saya berkata,”Yason, papa bangga karena kamu mau mengakui perbuatanmu yang salah, baik kepada gurumu dan kepada papa mama dan rela menerima hukuman dari gurumu”.

Pesan : anak yang bersalah memerlukan
kasih dan arahan agar dia bisa
memperbaikinya, dan bukan
kecaman.

Pengantar


Membangun keluarga yang bahagia adalah harapan semua rumah tangga, namun keluarga bahagia bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, tetapi harus terus diupayakan. Catatan Harian ini adalah pengalaman keluarga kami dalam upaya membentuk sebuah keluarga yang berbahagia.

Tuhan mengaruniakan Lely Budiman, istri saya, yang berperan sangat besar dalam pembentukan keluarga kami. Pernikahan kami dilakukan tahun 1989, dan dikaruniai 2 anak: Mikhal Anindita, anak perempuan, yang lahir tahun 1990, dan Yason Pranata, anak laki, yang lahir tahun 1993.
Kami percaya sebuah keluarga yang bahagia akan menjadi tempat yang baik untuk anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang utuh, dalam kepribadian dan dalam kerohanian.
Semoga Catatan Harian ini bermanfaat buat para pembaca. Tuhan memberkati.